AKANKAH WAKTU MAMPU MENGIKIS RASA?
Dua cangkir kopi, tergeletak begitu saja di meja bisu
Kita sruput separuh lalu kita tinggalkan begitu saja
Karena pertengkaran memulai pagi, yang entah bermula karena apa
Asap yang mengepul menghilang ke udara,
Kalah oleh dingin hati yang serasa menggigit
Entah kapan pastinya,
Sepasang cangkir kopi itu mulai terasa hambar
Seperti rasa kita
Pagi melahirkan kebisuan
Malam menciptakan kesunyian
Hanya sekilas tatap jika bersua
Tanpa suara
Kemanakah cinta yang begitu hangat,
Yang dulu pernah menjadi mantel hati kita, kini ia berada?
Kemana ia berlari dan pergi?
Apakah waktu mampu mengikis segala rasa yang pernah ada?
Kemanakah tawa yang dulu sering menghiasi bibir kita?
Ke arah manakah ia diterbangkan bayu?
Dimusim manakah ia bertaut?
Atau…
Apakah keadaan lebih tahu cara mempemainkan kita?
Kemana dan kepada siapa aku bisa mendapat jawabannya?
“Tidak ke sesiapa dan bukan ke sesiapa,” ujar hati kecilku
Malam pun kini, tampak angkuh untuk kusapa
Siang terlalu sibuk mengabsen dan mengurus kegiatan manusia
Langit pun sepertinya sudah tak mengenal aku
Aku pun terkulai dalam tanya tak berjawab
Hadirkan lelah jiwa dan terlelap di bantal resah
Ah…sudah seharusnya,
Aku tak mencari-cari kesalahan pada orang
Dan keadaan yang semestinya mulai berkaca dan bertanya pada diri,
Apa yang telah aku lakukan?
Tuhan, semoga semua belum terlambat
Meski aku tahu tak mungkin mengubah yang telah berlalu
Namun aku bisa memulai dari saat ini,
Mengubah segala menjadi yang lebih baik dari detik ini
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar